Paradox

This reached out and slapped me across the face. The consequence of self-ignorance is that which we are ignorant about being projected out into the world and running amok with a free hand…

Smartphone

独家优惠奖金 100% 高达 1 BTC + 180 免费旋转




Last night

Wira mengunci pintu, kemudian duduk di atas kursi dan menyuruh Dianna untuk duduk di pangkuannya.

“are we gonna do the whole thing?” tanya Dianna

“sayangku, it’s your birthday”

“aku lagi mager aja sayang” jawab Dianna, “lagi mood boboan aja”

Wira memasang wajah muram, “yaudahlah aku lanjut kerja aja”

“Jangan cemberut”

“Ngga ada yang cemberut”

Dianna menghampiri Wira, “I’m sorry ya,” ia memeluk Wira dari belakang, “energiku cuma untuk sekedar ciuman hari ini”

Wira tak menjawab apapun. Dianna kemudian menjauh dari Wira, merogoh tas nya dan mengeluarkan sekotak rokok. Ia membuka jendela dan menyulut rokoknya disana.

“Kamu masih ngerokok?” tanya Wira

“Aku ngga pernah berhenti, Wir”

Wira beranjak dari kursinya menghampiri Dianna, “Bagi”

Dianna menyodorkan rokok tersebut setelah ia sesap, “Masih banyak laporannya?”

“Ngga, i have nothing to work on sekarang” wajah Wira masih ketus, “I wanna work on you”

“We always do the whole thing kalo ketemu” Dianna mengambil rokok dari tangan Wira dan menghisapnya, “Terakhir di mobil kamu, ya?”

“Yes, and i never see my car the same again” jawabnya

Diana menyeringai, “You sex drive is high Wir, aku kagum kamu ngga selingkuh”

“Jangan ngomongin itu”

Wira menyesap rokok milik Dianna, sambil memandangi kekasihnya itu, “You don’t wear a bra, right?

“ha ha, liat aja”

“dont wear them tonight” lanjut Wira sambil memadamkan bara rokok ke jendela, “wear my hands instead”

Ujung bibir Dianna naik, “jangan aneh aneh, Wir”

Wira menutup jendela kemudian melumat kembali bibir kekasihnya, melanjutkan perihal yang belum selesai di dapur tadi. Tangannya mulai menelusuri tubuh Dianna, masuk ke balik kausnya, dan memijat pelan kedua payudara Dianna.

“Wir..” ucap Dianna saat Wira mulai mencium lehernya, “please don’t leave a mark”

“Terlanjur ada bekas”

“fuck”

Wira melanjutkan urusannya dalam melucuti Dianna. Menggendongnya ke atas pangkuannya. Bibir Wira mencium tiap inci tubuh Dianna, pelan pelan, sambil sesekali melihat kekasihnya itu menahan desah.

“You’re so wet down there” Wira meraba celana dalam Dianna

“Gara gara kamu”

Wira mengelus bagian sensitif Dianna, sambil memandangi gadis yang tengah menggigit bibirnya, “Dianna, just moan, Sita belum balik”

“Wir, masukin tangan kamu ke dalem” sahut Dianna

Wira mengikuti perintah Dianna, tangannya masuk ke dalam celana Dianna. Memainkan bagian bawah Dianna dengan lincah, “gini sayang?”

“Yes..”

Wira melanjutkan jarinya sambil melumat kembali bibir gadisnya, “Mind if i put mine now sayang?”

“Wear condom”

“of course”

Wira mengurut dan memasukkan ‘miliknya’ ke dalam Dianna. Sambil terus melumat bibir satu sama lain, pelan pelan Dianna menggerakkan tubuhnya. Mereka benar benar menjadi satu, “Dianna” panggil Wira disela napasnya yang tersengal, “I love you”

“Moan my name louder then” bisik Dianna

Wira tersenyum mendengar ucapan gadisnya itu. Mulut Wira menyebut nama Dianna sambil tersengal — sambil menikmati ‘miliknya’ yang kini ditunggangi Dianna.

“I’m close” ucap Wira

“Tahan, aku belum mau keluar”

“Fuck Di, don’t tell me what to do”

“Come then” Dianna masih menggoyangkan tubuhnya, mendominasi permainan, “You’re too afraid to come, right?”

“Shit”

Dianna mempercepat temponya. Keduanya sama sama mengerang, menikmati permainan satu sama lain, hingga akhirnya Dianna sampai. Spontan ia memeluk erat Wira, sambil tubuhnya sedikit bergetar.

“have you come, sayang?” bisik Dianna

“yes” jawab Wira, “twice, maybe”

Dianna tersenyum, “bandel, i told you not to”

“Sayang, if you on my positions, you’ll come a lot”

“Hahaha” Dianna tertawa sambil masih memeluk Wira.

“Di” panggil Wira

“Hm?”

Wira memandang kekasihnya itu. Menyisir rabut Dianna perlahan, “I love you”

“Do you mean it?” tanya Dianna

Wir mengangguk, masih dengan senyumnya, “I always do”

“Will you marry me then?” Dianna menanyakan tersebut tanpa memandang wajah Wira.

Tangan Wira yang tadinya menyisir helai rambut Dianna terhenti, binar matanya meredup, dan Dianna tahu apa yang terjadi.

“It’s okay Wir, untill you ready ya?” lanjut Dianna

Dengan ragu, Wira mengangguk dan mengiyakan ucapan Dianna, “Untill I’m ready, aku bakal sama kamu terus”

Add a comment

Related posts:

New Focus

Technology has transformed the office space that many people are used to seeing and imagine still exists. As the prevalence of technology grows, less paper products in the form of documents…

Questions to ask when choosing a Chiropractor

Chiropractors are trained health care professionals who specialize in the diagnosis and treatment of neuromuscular disorders. They treat the joint pains and educate the patients on improving the same…

MAYBE SOMEDAY

Satu lagi review untuk buku karya Colleen Hoover, penulis novel romantis favoritku. Meskipun baru sekarang bisa baca cerita lama ini, tapi aku akan tetap memberi review yang terbaik. Dua tokoh utama…